Beberapa waktu lalu media di Indonesia sempat dihebohkan dengan kisah seorang nelayan di Bengkulu yang menemukan muntahan paus di perairan Pulau Enggano dan dalam semalam menjadi miliarder.
Mengapa harga muntahan paus sperma atau yang disebut dengan ambergris ini tinggi dan apakah Anda dapat memanennya agar dapat seberuntung nelayan tersebut? Berikut beberapa fakta mengenai ambergris.
Bentuk dan rupa ambergris
Jika Anda berjalan-jalan ke pantai dan menemukan gumpalan keras berwarna amber dan abu-abu yang licin dan memiliki wangi yang kuat, mungkin itu adalah ambergris.
Kata ambergris sendiri berasal dari ambre (amber) dan gris (gray, abu-abu).
Media nasional melaporkan bahwa nelayan di Bengkulu itu menemukan lebih dari 150 kg ambergris.
Sebuah buku berjudul Floating Gold: A Natural (and Unnatural) History of Ambergis yang ditulis Christopher Kemp menuliskan bahwa gumpalan itu bisa mencapai 400 kilogram.
Meski begitu, jangan terlalu cepat senang dulu, Anda harus membawanya ke laboratorium untuk bisa memastikan apakah itu benar ambergris.
“Ambergris ini sudah memiliki struktur kimia yang sudah baku”, kata Prof. Jamaludin Jompa, pakar Biologi Kelautan.
Awalnya berbau tidak enak
Meski ambergris menjadi begitu berharga karena wanginya, namun pada saat keluar pertama kali dari paus sperma – satu-satunya jenis paus yang mengeluarkan ambergris – baunya seperti halnya sekresi organisme lain: tidak enak. Dibutuhkan waktu yang cukup panjang sehingga baunya berubah menjadi wangi.
Jamaludin menjelaskan bahwa perubahan itu melewati proses oksidasi atau pengikatan oksigen, yang menyebabkan perubahan rantai kimia hasil sekresi paus sperma itu.
“Proses-proses kimia itu mengarah ke struktur kimia baru yang kemudian berubah sifat menjadi lebih harum. Tidak juga seperti hal yang ajaib, begitu keluar langsung harum. Pada awal keluar juga bau”, kata Jamaludin.
Kegunaan selain parfum
Jamaludin mengisahkan bahwa saat pertama kali dia mendengar mengenai ambergris ini adalah pada tahun 1990an saat dia masih bersekolah di Kanada. Namun ambergris sendiri sudah mulai dikaji sejak tahun 1950an.
“Dalam perkembangannya dulu itu juga sebenarnya dipakai dalam pengobatan-pengobatan”, papar Jamaludin.
Buku Floating Gold: A Natural (and Unnatural) History of Ambergis juga memuat bahwa ambergris sudah dipakai dari jaman purba, digunakan bangsa Arab dan Cina sebagai parfum atau dibakar sebagai dupa.
Bangsa Eropa pun pernah menggunakan wangi ambergris untuk ‘mensanitasi’ udara saat terjadi wabah di benua itu pada abad ke-14.
Sudah tidak dipakai perusahaan parfum besar
Tris Tjahjadin, ahli parfum yang belajar di Prancis, mengatakan bahwa ambergris sudah tidak digunakan perusahaan parfum besar karena dilarang oleh IFRA (International Fragrance Association).
“Lambat laun badan yang mengatur bahan dasar parfum tambah lama tambah ketat jadi banyak bahan yang sekarang sudah tidak diperbolehkan”, jelas Tris yang sebelum mempelajari parfum secara dalam, belajar biokimia di Amerika.
“Misalnya (parfum) Chanel no 5 yang kita beli tahun 80-an dengan Chanel no 5 yang sekarang itu sebenarnya baunya beda tapi untuk konsumen mungkin tidak bisa bedain kecuali orang yang fanatik dengan parfum. Karena ada bahan tertentu yang sudah dilarang atau sudah tidak boleh dipasarkan, atau sudah terlalu mahal juga.”
Bahkan Tris yang juga kerap mendatangi ekspo bahan baku wewangian baik di Eropa maupun di tanah air mengatakan bahwa dia belum pernah melihat ambergris diperdagangkan.
“Selama ini saya tidak pernah lihat ada orang yang bawa ambergris sih, jujur saja”, katanya sambil terkekeh.
“Setahu saya kalau negara-negara yang badan POM-nya kuat, hukumnya kuat, itu pasti sudah tidak mungkin ada di pasaran.”
Lantas, masih ada yang membeli?
Media nasional memberitakan bahwa nelayan di Bengkulu itu mendapatkan pendapatan hingga miliaran rupiah setelah menjual ratusan kilogram ambergris yang ditemukannya.
Jika perusahaan parfum besar tak lagi menggunakan ambergris, siapa yang akan membeli material langka itu?
“Pembeli-pembeli (ambergris) kayak penjual parfum dengan pasar ceruk, atau mau coba jadi artisan yang mau jual di atas lima juta (rupiah), mungkin bisa. Mungkin pasarnya itu, kalau perusahaan besar saya rasa sudah tidak berani”, kata Tris.
Betatapun, ada sebuah situs jual beli ambergris asal Selandia Baru menawarkan untuk menjual ambergris seharga USD$29 (Rp400 ribu) per gram belum termasuk biaya pengiriman internasional sebesar $16 (Rp220 ribu) per pemesanan.
Bisakah ambergris ‘dipanen’?
Karena masih ada permintaan dengan harga yang cukup tinggi, mungkin masih ada dari Anda yang ingin ‘memanen’ ambergris.
Namun bisakah paus dipaksa untuk ‘memuntahkan’ isi perutnya?
“Sepertinya susah. Jadi bukan sesuatu yang secara alamiah ada dalam tubuh ikan paus – semua ikan paus punya dan selalu siap dimuntahkan. Apakah itu bisa memaksa paus untuk mengeluarkan ambergris? Itu kayaknya tidak”, kata Jamaludin.